*Ingatlah Lima Perkara Sebelum datang Lima perkara*

Senin, 31 Agustus 2009

RE-ORGANISASI TAKMIR ASSALAM

Waktu telah berjalan 2 tahun untuk periode pengurus takmir saat ini, tepatnya Agustus 2007 sampai dgn Agustus 2009. sesuai AD/ART yang telah disepakati bersama maka setiap 2 tahun diadakan Re-organisasi pengurus Takmir, acara pemilihan ketua takmir tersebut dilaksanakan pada Minggu 30 Agst 2009 setelah selesai sholat tarawih dan witir.
Di awali dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban dari pengurus lama (2007-2009) yang disampaikan langsung oleh BP DR. H Mastuki hs, MAg memaparkan semua kegiatan yang telah dilaksanakan dgn baik maupun ada beberapa yg belum maksimal, serta laporan keuangan sampai per. 21 Agst 2009 mempunyai saldo sebesar Rp. 5 jutaan.

pada sesi pemilihan ketua takmir masjid Assalam periode 2009-2011, setelah disaring oleh panitia dgn meminta saran dari dewan pertimbangan masjid, tokoh ulama dan jamaah, maka di tetapkan 5 kandidat calon. prosesnya sendiri dilakukan dengan cara voting tertutup dengan kertas suara yang dibagikan kepada semua jamaah yang hadir, dengan hasil Bp Ustadz Muayyadi memperoleh suara terbanyak yang otomatis akan menjadi ketua Takmir mendatang.
Selain memilih ketua takmir dilanjutkan dengan menetapkan 4 orang dewan formatur yang akan bermusyawarah untuk merumuskan pengurus takmir secara lengkap, antara lain;
1. Bp. Fardiman
2. Bp. DR H Mastuki hs
3. Bp. Zulfi siregar
4. Bp. Istiadi
Acaranya serah terima ditandai dgn penandatanganan serah terima laporan antara Bp. DR. H. Mastuki Hs dgn Bp Muayyadi. dan berakhir pada pukul 11.30 Wib.

Penggalangan Dana Renovasi tahap ke-2

Moment Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah ternyata dimanaafkan betul oleh jamaah masjid Asslaam, hal tersebut terlihat pada malam Minggu 29/08/09 saat diadakan sosialisasi dan laporan perkembangan pembangunan Masjid Assalam tahap pertama, sekaligus penggalangan dana untuk tahap ke-2 disambut antusias oleh jamaah yang hadir, terbukti saat panitia menawarkan item-item pekerjaan mendapatkan respon positif dari jamaah sehingga dalam sela-sela antara sholat tarawih dan witir tersebut (kurang lebih 30 menit) terhimpun dana sebesar Rp. 47.485.000,- (empat puluh tujuh juta empat ratus delapan puluh lima ribu rupiah). semoga kepedulian para jamaah dgn niat membangun rumah Allah tersebut mendapatkan pahala amal jariyah serta keberkahan rezeki dari Allah SWT, amin.

Selasa, 25 Agustus 2009

Ramadhan dalam Imajinasi Nabi

Oleh. H. Jamal D. Rahman

Keagungan bulan Ramadhan seringkali digambarkan dengan imajinasi yang luar biasa. Saya begitu terpukau dengan imajinasi Nabi Muhammad melukiskan keunggulan bulan Ramadhan dalam banyak hadis. Imajinasi Nabi Muhammad terasa segar, kaya, dan hidup. Sebuah hadis mendeskripsikan suasana sorga pada awal bulan Ramadhan, lengkap dengan detail alam sorga, pakaian, makanan, tempat tidur, dan pasangan bermata jelita yang disediakan bagi orang yang menjalankan ibadah puasa. Berikut hadis dimaksud (saya kutip dari sebuah kitab klasik, Durrotunnashihin):
Pada awal Ramadhan, angin berembus dari bawah singgasana Tuhan, dan daun-daun pepohonan sorga pun bergoyang, hingga terdengar desir semilir teramat merdu. Tak pernah terdengar desir semilir semerdu itu. Menyaksikan hari pertama Ramadhan itu, orang-orang bermata jelita (baca: bidadari) berdoa, “Ya Allah, pada bulan Ramadhan ini jadikanlah salah seorang di antara hambamu sebagai pasangan hidupku.”
Maka, Allah pun mengawinkan orang yang berpuasa dengan salah seorang dari orang bermata jelita itu. Bagi setiap orang bermata jelita tersedia 70 perhiasan warna-warni dan dipan dari batu mulia warna merah berhiaskan mutiara. Disiapkan pula 70 kasur dan 70 aneka makanan. Semua itu khusus untuk orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan, tanpa memperhitungkan amal kebaikannya yang lain.
Imajinasi kreatif Nabi Muhammad itu sangat indah. Adalah menarik bahwa dalam banyak hadisnya, Nabi Muhammad menggambarkan keutamaan bulan Ramadhan dengan fiksi dan imajinasi kreatif yang memukau. Dalam imajinasi kreatifnya, Nabi Muhammad seringkali melibatkan alam dan malaikat. Hal itu segera memperlihatkan pertalian antara manusia, alam, malaikat, dan Tuhan sendiri. Maka keagungan bulan Ramadhan merupakan pertalian spiritual dan kosmis keempat wujud tersebut. Kadangkala fiksi dan imajinasi kreatif Nabi Muhammad lebih lengkap menyebut detail alam dan lingkungan ketuhanan. Hal tersebut tentu menambah nuansa dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan, misalnya hadis berikut ini:
Pada bulan Ramadhan, aras dan singgasana Tuhan berteriak, sementara malaikat berkata lirih, “Beruntunglah umat Muhammad SAW. Mereka dianugerahi kemuliaan. Matahari, bulan, bintang, burung di udara, ikan di air, dan semua makhluk ber-ruh di muka bumi –kecuali setan– berdoa memohonkan ampun untuk mereka, siang malam.”
Lalu Allah berkata kepada malaikat, “Persembahkan shalat dan tasbihmu di bulan Ramadhan pada umat Muhammad SAW.”
Dan, akhir Ramadhan adalah sesuatu yang sangat menyedihkan dalam imajinasi Nabi Muhammad. Memang, selepas Ramadhan kita segera memasuki hari raya Idul Fitri. Namun Nabi Muhammad tidak melulu menggambarkannya sebagai hari kebahagiaan dan kemenangan, melainkan juga mengingatkan akan musibah yang teramat berat. Dengan datangnya hari kebahagiaan dan kemenangan itu berarti kita kehilangan sesuatu yang amat berharga. Bahkan, kata Nabi, kehilangan sesuatu yang amat berharga itu merupakan musibah. Inilah gambaran imajinatif Nabi Muhammad tentang akhir Ramadhan:
Di malam terakhir bulan Ramadhan, langit, bumi, dan malaikat pada menangis karena musibah yang menimpa umat Muhammad Saw.
“Musibah apa, ya Rasulallah?” tanya sahabat.
“Kepergian bulan Ramadhan.”
Gambaran imajinatif Nabi Muhammad tentang kepergian bulan Ramadhan sebagai musibah itu menggambarkan dengan baik betapa berharganya bulan Ramadhan. Bukan saja orang-orang saleh yang merasa kehilangan dengan kepergian bulan Ramadhan, melainkan juga langit, bumi, dan malaikat. Perasaan kehilangan langit, bumi, dan malaikat atas kepergian bulan Ramadhan tampak sedemikian dalam, sehingga digambarkan bahwa langit, bumi, dan malaikat bukan saja bersedih, melainkan semuanya pada menangis.
Seluruh keutamaan bulan Ramadhan sebenarnya dipersembahkan kepada manusia. Tetapi, secara imajinatif Nabi Muhammad menggambarkan bahwa langit, bumi, dan malaikat pun turut berduka dengan kepergian bulan Ramadhan. Itu berarti, langit, bumi, dan malaikat pun turut berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan, meskipun seluruh keutamaannya tidak untuk mereka, melainkan untuk manusia. Dengan imajinasi tersebut, pesan hadis di atas jadi dalam: jika langit, bumi, dan malaikat saja turut berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan dan turut berduka dengan kepergiannya, alangkah malang manusia yang tidak berbahagia dengan datangnya bulan Ramadhan dan tidak pula berduka dengan kepergiannya.
Bagi saya, imajinasi kreatif Nabi Muhammad tersebut sungguh luar biasa: indah, hidup, memukau, dan pesannya jelas (dan hadis bagaimanapun bersifat didaktis). Apalagi kalau kita membayangkan bahwa imajinasi kreatif tersebut dikemukakan Nabi Muhammad sekitar abad ke-7 M. Bagaimanakah imajinasi kreatif Nabi Muhammad bisa sampai pada deskripsi menakjubkan seperti itu?
Sengaja di sini saya menekankan bahwa gambaran keagungan bulan Ramadhan oleh Nabi Muhammad sebagai fiksi dan imajinasi. Bukan maksud saya mengagungkan imajinasi lebih dari apa yang seharusnya. Sama sekali bukan maksud saya juga menafikan pengalaman spiritual sebagaimana berkembang terutama di dunia tasawuf, atau spekulasi intelektual seperti berkembang dalam tasawuf falsafi. Di sini imajinasi ditempatkan sebagai cara-pandang, perspektif, cara-memaknai sesuatu, sekaligus cara menyampaikan pesan.
Imajinasi adalah anugerah Tuhan yang, saya rasa, diberikan hanya dan hanya kepada manusia. Bersama rasio, imajinasi mendorong kehidupan dan kebudayaan manusia berkembang mencapai kemajuan demi kemajuan. Imajinasi membuka pintu kemungkinan yang paling jauh bahkan mustahil. Sementara, rasio menyiapkan jalan agar apa yang semula diimajinasikan sebagai mustahil kelak jadi mungkin dan nyata. Tidaklah aneh kalau Nabi Muhammad memiliki imajinasi yang demikian tinggi dan begitu kreatif. Tidaklah aneh juga kalau Nabi Muhammad berbicara dengan menggunakan imajinasi, sebab dia berbicara kepada umat yang juga mendapatkan anugerah imajinasi.
Dalam konteks ini, sebagai fiksi dan imajinasi kreatif, hadis-hadis tersebut di atas memiliki logika imajinasinya sendiri. Yang terpenting di antaranya adalah tidak berartinya kesesuaian apa yang dikemukakan dengan fakta yang dikemukakan.
Maka tidaklah terlalu penting apakah langit, bumi, dan malaikat benar-benar menangis di malam terakhir bulan Ramadhan. Yang penting adalah, apakah fiksi atau imajinasi bahwa langit, bumi, dan malaikat menangis di akhir bulan Ramadhan bermakna bagi kita. Begitu juga tidaklah penting apakah singgasana Tuhan benar-benar berteriak dan malaikat berkata bahwa umat Nabi Muhammad beruntung dengan datangnya bulan Ramadhan. Yang penting adalah, apakah keindahan kisah tersebut bermakna dan menggugah perasaan kita.
Demikian juga hadis tentang angin yang berhembus dari bawah singgasana Tuhan dan berdesir di sela daunan pohon sorga pada bulan Ramadhan: sejauhmana keindahan kisah itu menggetarkan hati kita; sejauhamana pula kita merasakan pesan spiritual melalui metafor-metafornya yang fantastis?
Kita wajib mengembangkan kekuatan imajinasi sebagai anugerah Tuhan. Dengan imajinasi yang tajam dan peka, kita akan memiliki peluang lain dalam menghayati Islam, sebab dalam banyak hal Islam diuraikan dengan imajinasi seperti antara lain tampak dari hadis-hadis di atas. Bahkan Tuhan pun berfirman dalam bahasa imajinasi. Dan Dia pasti tahu: berbicara dengan bahasa imajinasi hanya mungkin dilakukan kepada makhluknya yang telah dianugerahi imajinasi, yaitu manusia.
Saya membayangkan, setiap akhir Ramadhan Nabi Muhammad menangis duka bersama langit, bumi, dan malaikat. Juga bersama orang-orang bermata jelita di sorga. Mudah-mudahan kita berada di tengah-tengah mereka semua, bersama-sama melinangkan airmata duka. Jika tidak, saya rasa Nabi Muhammad menangis bukan karena kepergian bulan Ramadhan, tapi berduka karena kita tidak berduka …. ***

Minggu, 23 Agustus 2009

Info Amaliyah Ramadhan 1430 H

MARHABAN YAA RAMADHAN....
Sabtu 22 Agustus... Ramadhan 1430 H telah mendatangi kita lagi untuk kesekian kalinya, tentunya kita harus memanfaatkan keberkahan datangnya bulan berkah, bulan suci dan bulan yg penuh ampunan ini.
untuk itu panitia amaliyah Ramadhan tahun ini telah mempersiapkan berbagai rencana kegiatan ibadah ramadhan selama 1 bulan. untuk jadwal lengkapnya silahkan kunjungi link ini...
http://docs.google.com/View?id=dg8gbncx_5nb5m3xc8

Rabu, 05 Agustus 2009

Malam Nifsu Sya'ban

Menurut hitungan kalender Nisfu sya'ban tahun ini (14 Sya'ban 1430 H) jatuh pada hari Rabu, 5 Agustus 2009. Tentang keutamaan malam ini, terdapat beberapa hadis yang menurut sebagian ulama sahih, Diantaranya hadits A'isyah:
"Suatu malam rasulullah shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai shalat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi) Menurut perawinya hadits ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.

Dalam hadits Ali, Rasulullah bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).

Syeikh Abdurrahman bin Ismail al-Muqaddisi telah mentahqiq masalah ini. Demikian juga dengan do'a tidak ada do'a khusus untuk malam nisfu Sya'ban, cukup dengan do'a-do'a umum terutama do'a yang pernah dilakukan Rasulullah,Jadi sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, salat, zikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal salih.

(sumber pesantrenvirtual.com)