Diceritakan oleh Jamal D. Rahman
Malaikat senantiasa turun ke bumi, terutama pada malam-malam penuh keagungan seperti bulan Ramadan. Dilihatnya umat Islam beramai-ramai shalat tarawih di mesjid-mesjid, di langgar dan surau, di rumah dan kantor. Di kota-kota, di dusun-dusun, di gang-gang, di pelosok desa. Berbahagialah malaikat menyaksikan umat manusia mengagungkan asma Allah. “Alangkah bahagia Nabi Muhammad sekiranya menyaksikan bibir umatnya tak henti-henti menyebut nama Tuhan, berzikir, membaca Al-Qur’an, dan bershalawat untuknya,” malaikat bergumam dalam dirinya. Malaikat tak kuasa menahan bahagia. Matanya mulai menggeremang, berkaca-kaca. Airmatanya tetes jadi berkah bagi umat manusia.
Dilihatnya manusia bertasbih, sama dengan malaikat bertasbih. Dilihatnya manusia bertakbir, sama dengan malaikat bertakbir. Dilihatnya manusia bertahmid, sama dengan malaikat bertahmid. Alangkah agung manusia-manusia ini, bergumam lagi malaikat. Mereka bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan bershalawat seperti para malaikat yang tak pernah melakukan dosa apa pun. Alangkah bahagia manusia-manusia agung ini.
Tiba-tiba malaikat terdiam. Tertegun. Terhenyak. Diperhatikannya kini dengan seksama: manusia-manusia itu rupanya tak hanya mengagungkan asma Allah. Mereka tak hanya melakukan apa yang dilakukan malaikat. Mereka melakukan juga apa yang tak dilakukan malaikat. Ternyata ada perbedaan antara apa yang dilakukan manusia dan apa yang dilakukan malaikat di hadapan kemahaagungan Tuhan. Malaikat masygul. Terdiam. Airmatanya kian deras mengalir. Airmata bahagia itu kini berubah jadi airmata kesedihan yang dibakar oleh rasa cemburu.
Apa yang membuatmu cemburu pada manusia-manusia yang sombong dan hina itu, wahai malaikat yang agung? Tidakkah engkau telah mendapat segalanya dari Tuhan? Tidakkah engkau selalu berada di sisi Tuhan, dan tak pernah mendapat murka? Sedangkan manusia-manusia itu seringkali tidak tahu diri, congkak, sombong, membuat kerusakan di muka bumi, dan saling menyakiti satu sama lain. Bukankah mereka lebih busuk dibanding iblis? Kenapa engkau cemburu pada mereka?
“Mereka melakukan tiga hal yang tak kami lakukan,” katanya lirih. “Berbahagialah di mata Tuhan mereka yang melakukan tiga hal itu.”
Pertama, di antara gema takbir, tasbih, tahmid, dan shalawat itu, malaikat mendengar gema lain yang tak pernah mereka dengar di kalangan malaikat. Yaitu gema istigfar, gema permohonan ampun yang kerapkali diiringi tumpahan airmata penyesalan yang amat dalam. Betapa indah gema istigfar membumbung ke langit-langit malam yang sunyi, menembus lapisan-lapisan semesta, hingga mencapai arasy Tuhan yang penuh rahasia. Malaikat cemburu pada manusia yang beristigfar. Sebab, mereka tak pernah beristigfar, karena mereka memang tak pernah berbuat dosa. Adakah yang lebih disukai Tuhan selain airmata istigfar para hamba yang penuh rasa sesal?
Kedua, di antara gema istigfar itu, manusia ternyata juga berbagi dengan sesama. Mereka menyisihkan sebagian harta mereka, berinfak dan bersedekah. Juga mengeluarkan zakat. Mereka membantu saudara-saudara mereka yang fakir lagi miskin, meringankan beban hidup anak-anak yatim. Betapa ingin malaikat melakukan hal yang sangat disukai oleh Allah Swt ini. Tapi mereka tak bisa melakukannya. Bukankah malaikat tak punya harta, dan di antara malaikat tak ada fakir-miskin dan anak yatim?
Ketiga, di antara gema istigfar, mereka dengar umat Islam berdoa memohon kepada Tuhan apa saja yang mereka harapkan. Mereka memohon berbagai peruntungan: petani mohon panen; pedangan mohon laba; pegawai mohon kenaikan gaji; si pejabat mohon kekuasaan dilanggengkan; si penganggur mohon pekerjaan; si sakit mohon sembuh; si gadis mohon pacar yang saleh; si duda mohon janda muda; dan seterusnya. Doa-doa itu terdengar merdu. Malaikat tahu, Tuhan berbahagia mendengar semua doa.
Dan malaikat, apakah yang perlu mereka mohon? Mereka tidak memohon apa pun.
Melihat umat Islam melakukan tiga hal itu, malaikat menangis cemburu. Tangis mereka memecah langit, mendebur laut.
“Berbahagialah manusia yang membuat para malaikat cemburu.”
1 komentar:
Hm... benar juga yach...? Tapi enakan menjadi malaikat menurutku sekalipun malaikat mencemburui tiga hal dari manusia....
Posting Komentar